Rabu, 12 Januari 2011

Jalan Menggapai Hidup Bahagia

 
Saudara pembaca budiman, sesungguhnya ketenangan hati, kebahagiaan, dan hilangnya kegundahan adalah dambaan bagi setiap insan. Sebab dengan itulah kehidupan yang baik, perasaan senang dan tenteram dapat dicapai. Dan untuk mendapatkan itu semua  ada beberapa faktor yang harus dipenuhi, baik faktor dinniyah (keagamaan), faktor alami, dan faktor amaliyyah (amal/perbuatan). Oleh karena itu, dalam edisi kita kali ini kami akan menyebutkan beberapa faktor yang menunjang tercapainya kebahagiaan sebagai cita-cita utama yang diinginkan oleh stiap orang. Ada sebagian orang yang sudah memenuhi sebagian besar dari faktor-faktor tersebut sehingga dapat hidup tenang dan baik. Ada sebagian lagi sama sekali tidak memenuhi faktor-faktor , sehingga dia hidup sengsara dan tidak bahagia. Dan ada lagi yang setengah-setengah. Selamat membaca!

Iman dan Amal Sholih   

Ini adalah faktor yang paling penting dan paling mendasar untuk menggapai suatu kebahagiaan. Alloh Ta'ala berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً

وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ

"Barang siapa yang mengerjakan amal sholih baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An-Nahl:97)

Dalam ayat ini Alloh Ta'ala memberitakan dan menjanjikan bagi orang yang dapat mengumpulkan iman dan amal sholih, dengan mendapatkan kehidupan yang baik di dunia ini dan balasan yang baik pula di dunia dan akhirat. Sebabnya sudah jelas, karena ....
orang yang beriman kepada Alloh Ta'ala dengan iman yang benar yang dapat membuahkan amal sholih dan dapat meperbaiki kondisi hati, moral (tingkah lakunya), atau urusan keduniaan dan akhiratnya berarti dia sudah mempunyai pondasi dan dasar yang kuat untuk menghadapi segala kemungkinan-kemungkinan baik yang mendatangkan kebahagiaan dan kesenangan atau kemungkinan buruk yang dapat mendatangkan kebahagiaan dan kesenangan, atau kemungkinan buruk yang dapat mendatangkan kegoncangan, kesumpekan, dan kesedihan.

Kebahagiaan dan kesenangan mereka sambut dengan menerimanya, mensyukurinya, dan mempergunakannya untuk hal-hal yang bermanfaat. Sedangkan cobaan, kemudhorotan, kesempitan, dan keruwetan, dia hadapi dengan kesabaran.

Dalam sebuah hadits shohih Rosululloh shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ

إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Sungguh luar biasa urusan orang yang beriman itu. Sesungguhnya setiap urusannya (akan mendatangkan) kebaikan. Hal itu tidak (diberikan) untuk siapapun kecuali untuk orang yang beriman. Bila dia mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, dan syukur itu adalah kebaikan untuknya. Bila dia mendapatkan musibah, dia bersabar dan sabar itu adalah kebaikan untuknya. ” (HR. Muslim: 2999)

Aktivitas, Ilmu dan Konsentrasi

Diantara hal yang dapat menolak kesedihan dan kegelisahan serta hati yang galau ialah:

1.Menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas pentingnya atau dengan mempelajari ilmu yang bermanfaat.
Aktivitas semacam ini bisa mengalihkan perhatian hati seseorang dari hal-hal yang dapat menggoncangkan hatinya. Bahkan, mungkin mampu melupakan faktor-faktor yang mendatangkan kesedihan dan musibah. Jiwanya menjadi tenang dan semangatnya pun bertambah. Betapa banyak orang yang ditimpa kegoncangan hati dan kesedihan yang berlarut, sampai akhirnya ditimpa berbagai macam penyakit, ternyata obat yang paling tepat untuk itu adalah dengan melupakan faktor-faktor yang membuatnya gelisah dan menyibukkan diri dengan aktivitas-aktivitas pentingnya. 

2.Mengkonsentrasikan (memusatkan) segenap pikiran pada tugas /pekerjaan yang ada pada hari itu, tidak memikirkan hal yang masih akan datang serta kesedihan yang pernah terjadi
Karena itu Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam memohon perlindungan dari al-ham dan al-huzn. Al-huzn artinya kesedihan atas hal-hal yang telah berlalu yang sudah tidak mungkin ditolak dan diraih kembali. Al-ham artinya kesedihan yang terjadi karena perasaan takut akan hal yang akan datang. Dengandemikian, seorang hamba akan menjadi “ibnu yaumih” (putera harinya), dia akan giat dan bersungguh-sungguh memperbaiki hari dan waktu yang dia lalui saat itu. Bila hati dikonsentrasikan untuk hal ini, dia akan berusaha menyempurnakan semua tugasnya. Dengan demikian, dia akan terhibur dari kesedihan dan musibahnya. 

Dzikir, Ingat Nikmat dan Melihat ke Bawah

Termasuk faktor utama yang mendatangkan sikap lapang dada dan ketenangan serta menghilangkan kesedihan adalah:

1.Banyak berdzikir kepada Alloh
Alloh berfirman :

أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

"Ingatlah, hanya dengan mengingat Alloh-lah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra'd: 28)

2.Ingat dan membicarakan nikmat-nikmat Alloh, baik yang nampak maupun yang tidak nampak.

Dengan mengetahui dan membicarakannya niscaya Alloh akan menolak kesedihan yang ada dan mendorong hamba untuk selalu bersyukur. Dan bila seorang hamba ingin membandingkan antara nikmat-nikmat Alloh yang banyaknya tidak dapat dihitung dengan jumlah musibah yang menimpa, tentu musibah itu tiada artinya.

3.  Melihat ke bawah

Rosululloh shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :

انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ

وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ

فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ

”Lihatlah orang yang ada di bawah kalian dan janganlah kalian melihat orang yang di atas kalian. Sesungguhnya hal ini lebih baik bagi kalian sehingga kalian tidak meremehkan nikmat Alloh yang diberikan kepada kalian.”
(HR. Muslim: 2693, Tirmidzi: 2513, Ibnu Majah: 4142)

Ikhitar dan Do’a

Termasuk diantara hal-hal yang dapat mendatangkan kesenangan dan menghilangkan kesedihan adalah:

1.Berusaha menghilangkan faktor yang menyebabkan kesedihan tersebut serta berusaha mencari faktor yang dapat mendatangkan kesenangan dan yang diinginkan

Caranya yaitu melupakan musibah-musibah yang sudah berlalu dan tidak mungkin bisa diatasi. Jauga harus memahami bahwa menyibukkan pikiran dengan hal-hal tersebut adalah perbuatan sia-sia, tidak berguna, dan gila. Dengan demikian, dia berusaha agar hatinya tidak lagi memikirkan hal-hal tersebut, berusaha menghilangkan kegelisahan hatinya, kekurangan, perasaan takut, dia memahami bahwa masa depan tidak bisa diketahui, termasuk di dalamnya masalah kebaikan, kejelekan, harapan-harapan, dan musibah. Semuanya berada di tangan Alloh Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana. Manusia tidak kuasa apa-apa kecuali berusaha mendapatkan kebaikan dan menolak kemudhorotan.

2.Termasuk hal yang paling berguna untuk menyambut masa depan yang baik adalah menggunakan do’a yang pernah dipanjatkan Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam :

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِيْ دِيْنِيْ الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِيْ

وَأَصْلِحْ لِيْ دُنْيَايَ الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشِيْ

وَأَصْلِحْ لِيْ آخِرَتِيْ الَّتِيْ فِيْهَا مَعَادِيْ

وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِيْ فِيْ كُلِّ خَيْرٍ

وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِيْ مِنْ كُلِّ شَرِّ
”Ya Alloh, perbaikilah agamaku yang merupakan urusan pokokku, perbaikilah duniaku yang didalamnya terdapat kehidupanku, perbaikilah akhiratku yang ke sanalah tempat kembaliku. Jadikanlah kehidupan ini tambahan bagiku dalam setiap kebaikan dan (jadikanlah) kematian itu keterlepasan bagiku dari setiap keburukan.” (HR. Muslim: 2720)

Bila seorang hamba memanjatkan do’a ini untuk kebaikan agama dan dunianya pada masa akan datang, disertai hati yang hadir, niat yang benar dan memang berusaha untuk itu, niscaya Alloh akan mengabulkan do’a, harapan, dan apa yang dia usahakan. Berubahlah kesedihannya menjadi kebahagiaan dan kesenangan. 

Tegar dan Tawakal

 Salah satu cara ampuh untuk pengobatan penyakit syaraf/kejiwaan, bahkan juga penyakit fisik, adalah dengan menghadirkan:

1.Hati yang kuat, tegar dan tidak terpengaruh oleh ilusi dan khayalan pikiran-pikir negatif
Sebab, bila seseorang sudah mau menerima khayalan-khayalan maka hatinya akan memberikan reaksi terhadap berbagai pengaruh dari luar, seperti: perasaan takut akan penyakit dan sebagainya, atau perasaan marah dan merasa sangat terganggu oleh hal-hal yang menyakitkan atau karena memikirkan musibah yang akan menimpa atau kenikmatan yang akan hilang. Semua itu akan menenggelamkannya dalam kesedihan, penyakit rohani maupun jasmani, dan menghancurkan jiwanya. Dampak buruk dan bahayanya sudah banyak diketahui orang-orang. 

2.Tawakal dan bersandar kepada Alloh
Alloh berfirman :

وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

… dan barang siapa yang bertawakal kepada Alloh niscaya Alloh akan mencukupkan (keperluan)nya … (QS. 65: 3)

Artinya, Alloh akan mencukupkan baginya semua yang dia butuhkan dari urusan agama dan dunianya. Maka orang yang bertawakal kepada Alloh akan kuat hatinya, tidak dapat dipengaruhi oleh prasangka-prasangka buruk dan tidak dapat digoncangkan oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi.

Sebab dia tahu hal itu termasuk indikasi (tanda) lemahnya jiwa dan perasaan takut yang tidak beralasan. Dia tahu, Alloh akan menjamin sepenuhnya orang yang bertawakkal kepada-Nya. Dia yakin kepada Alloh dan tenang karena percaya akan janji-Nya. Dengan demikian, hilanglah kesedihan dan kegelisahannya. Kesulitan berubah menjadi kemudahan, kesedihan menjadi kegembiraan, dan perasaan takut menjadi keamanan.

Tidak Larut Dalam Kesedihan, Mengukur Nikmat Dengan Musibah
  • Orang yang berakal mengetahui bahwa kehidupan dia yang sebenarnya adalah kehidupan yang (dia jalani dengan) bahagia dan ketenangan. Kehidupan ini pendek sekali, maka tidak sepantasnya dia memperpendeknya dengan kesedihan dan larut dalam kesusahan. Sebab hal itu bertentangan dengan definisi kehidupan yang sebenarnya. Oleh karenanya, dia enggan untuk menghabiskan sebagian besar waktu dalam hidupnya buat bersedih dan bersusah saja.
  • Seorang hamba apabila ditimpa musibah atau takut akan sebuah musibah, hendaklah membandingkan antara nikmat-nikmat yang dia dapatkan, baik dalam urusan agama atau dunia dengan musibahyang sedang menimpanya. Dengan membandingkannya akan jelas baginya betapa banyak nikmat yang dia dapatkan dan tertutupilah musibah yang menimpanya.
Demikian wahai saudaraku, semoga  bermanfaat bagi kita semua. Akhirnya, mudah-mudahan Alloh senantiasa memberikan taufiq dan pertolongan kepada kita untuk menggapai semua kebaikan dan menolak setiap kemudhorotan. Amin, Wallahu Ta’ala Alam.

Oleh Ust. Abu Harits as-Sidawi
Buletin Al Furqon Tahun ke-2 Vol. 7 No. 4 Dzulqo’dah  1428 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Subscribe via email